Pengantar
Mengawali pembelajaran seni teater, pemeranan merupakan salah satu
unsur penting dalam seni teater. Alangkah baiknya, kamu mengetahui dan
memahami keberadaan diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan; rumah
tinggalmu, masyarakat sekitar dan sekolahmu. Setiap waktu kamu belajar
dan beribadat, setiap hari kamu sekolah kecuali hari libur, setiap minggu
kamu berkumpul dengan keluarga, setiap bulan kamu minta uang untuk
liburan. Kamu kini, mencapai usia remaja memiliki peran dan kedudukan
yang sama dengan teman kamu yakni, sebagai; anak dari orang tuamu,
warga masyarakat dari lingkungan sekitarmu dan siswa dari sekolahmu.
Rentang usiamu adalah pengalaman dari hidupmu. Pengalamanmu sangatlah
berbeda dengan temanmu. Tetapi semua orang, mendamba kehidupan
damai dan penuh cinta kasih antar sesamanya. Namun kenyataan yang ada,
dan kamu rasakan tidaklah demikian. Setiap saat, gejolak membayangi
kedamaian. Cinta kasih terkubur karena salah paham, ambisi, angkuh,
kesombongan, dst. Ambisi pribadi dan keserakahan manusia menentang
kenyataan menjadi watak seseorang, hingga timbul pertentangan (konflik)
antarsesama atau dengan lingkungan karena tanpa kepasrahan dan
kesadaran peran dalam memaknai hidup.
Coba sejenak merenung! Perhatikan orang-orang di rumah, lingkungan
sekitar, sekolah, dan atau pengalaman kamu yang menakjubkan (menarik
hati) atau menyakitkan! Apa yang dapat kamu ceritakan dari orang-orang
tersebut dan dari pengalaman hidupmu? Apakah kamu merasa kagum (suka,
senang), benci, atau menyesali dengan; kedudukan, ketampanan, kecantikan,
kepribadian orang atau temanmu dan atau dengan pengalaman yang kamu
alami? Keterlibatan dan pengalaman hidup kamu secara langsung dengan
orang-orang di rumah, di lingkungan masyarakat dan di sekolah, sebenarnya
kamu tengah menjalani pemeranan dengan peran atau tokoh dalam kehidupan
nyata. Sungguh beruntung manakala kamu dapat berperan dalam menjalani
kehidupan sejalan dengan kesadaran orang banyak (baik). Tidak berpihak
pada laku jahat, mati hati, sepi rasa dan tak peduli siapa pun, sehingga kamu
dicemooh, diasingkan, dibenci, dicaci, dan diusir orang lain dari lingkungan
masyarakat sekitarmu.
Peran dengan perwatakan orang-orang di sekitarmu termasuk kamu, dengan
memerhatikan; status sosial, fisik, psikis, kecerdasan dan mental spiritual
yang nampak cenderung bersifat relatif, khas, unik, dan beragam. Keragaman
dan keunikan orang-orang bersifat hitam putih, canda serius, tinggi pendek,
cantik jelek, jahat baik tersebut adalah watak atau karakteristik manusia
sebagai identitas tokoh dari cerita dalam kehidupan nyata. Watak atau
karakteristik orang atau tokoh yang khas, unik dan mempesona biasanya
sangat berkesan dalam ingatanmu. Begitu pula dengan orang lain ketika
melihat kamu dalam berperan di masyarakat atau membawakan peran atau
pemeranan dalam suatu penokohan cerita teater.
Dengan kesadaran dan berperan aktif dalam kehidupan di masyarakat
dengan menghormati kelebihan dan kelemahan potensi seseorang termasuk
kemampuan kamu dan teman kamu adalah inti dalam memaknai peran hidup
dalam keragaman dan kekhasan (keunikan). Manusia sebagai sumber
rangsang kreativitas dan modal dasar mendalami seni peran (pemeranan)
dalam pembelajaran seni teater yang akan kamu alami.
A. Pengertian Pemeranan
Pemeranan merupakan unsur penting dalam seni
teater. Pengertian seni mengandung arti keindahan
(estetik) atau kehalusan budi pekerti, oleh karena
itu seni selalu menawarkan keindahan bentuk dan
kehalusan pesan atau nilai moral. Pengertian
teater (Theatron, Inggris) secara umum dapat
diartikan sebagai “ Gedung Pertunjukan” dan
Teater pun dapat dikatakan semua jenis
pertunjukan, baik menggunakan media pertunjukan
langsung (seni tari, seni musik, seni drama)
maupun tidak langsung atau seni rekam:
sinematografi, TV Play dan film. Teater dalam
pengertian khusus dapat diartikan sebagai drama.
Kata drama sendiri diambil dari bahasa Yunani “
dramoi” atau “to act to” dalam bahasa Inggris yang
berarti berbuat, melakukan atau bertindak atau
berbuat menjadi atau berbuat seolah-olah menjadi
di luar dirinya. Dari kata “to act” lahirlah istilah actor
yakni pemeran pria dan actrees, pemeran wanita.
Oleh karenanya berbicara masalah pemeran yang
memiliki padanan; pemain, pelaku, dan tokoh. tidak
dapat dipisahkan dengan pemeranan sebagai ilmu
dan seni didalam seni teater.
Istilah pemeranan disebut juga dengan seni peran,
atau seni akting. Seorang pemeran dalam
melakukan pemeranannya dikenal dengan sebutan
aktor, aktris, pemain, tokoh, dst. Aktor, aktris,
pemain, tokoh merupakan inti dalam seni peran
dan seni teater pada umumnya. Oleh karenanya,
tanpa seorang pemeran seni pertunjukan tidak
akan hadir dihadapan kita. Namun perlu diingat,
dalam pemeranan tidak semua aktor, pemeran,
tokoh tidak atau kurang berhasil dalam
membawakan pemeranannya. Mengapa demikian?
Hal ini sangat terkait dengan beberapa unsur seni
peran yang menjadi persyaratan didalamnya,
antara lain;
1) Cerita atau naskah yang dibawakannya
harus mengandung konflik atau pertentangan
antar tokoh yang satu dengan tokoh yang
lainnnya. Dapat pula pertentang tokoh cerita
dengan lingkungan, dengan dirinya sendiri
(keyakinannya) dst.
2) Adanya kerjasama dan kerja bersama yang
baik antar pemain dan sutradara dalam
membangun irama permainan seni peran,
dengan beberapa unsur artistik pentas yang
hadir melingkupi tokoh dalam suatu adegan,
babak atau disebut dengan kepekaan ruang
dalam membangun atmosfir pertunjukan.
3) Menghindari terjadinya kesalahan pemilihan tokoh
atau miss casting dalam pemeranan, sehingga
terjadi over acting (akting yang berlebihan) atau
under acting (akting di bawah standar, kurang
ekspresif dari tuntutan peran yang dibawakan).
Pemeran, aktor, aktris yang baik adalah manusia
kreatif yang selalu berinsiatif untuk mendadani
dan menyempurnakan tubuhnya, mentalnya,
sosialnya tanpa harus menunggu perintah orang
lain dan atau sutradara.
4) Adanya keberanian untuk mencoba dan gagal (trial
and error). Pada dasarnya suatu keberhasilan, kamu
harus meyakini dari kegagalan. Itulah pentingnya
suatu kegigihan dan kemauan yang keras perlu
ditanamkan olehmu.
5) Memiliki wawasan dan suka bergaul. Karena itu
disyaratkan untuk gemar membaca, menonton
pertunjukan dan harus peka terhadap kejadian
sekitar dan isu-isu yang aktual untuk melatih
ingatan dan emosi pemeran sekaligus sebagai
bahan apa yang akan dibicarakan secara
tematik.
6) Harus percaya diri, memiliki kesadaran potensi
atas kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Tidak sedikit orang di sekitar kita memiliki;
kecantikan, ketampanan, jelek, pendek,
jangkung atau postur tubuh tidak ideal, tidak
menarik dan menjadi pusat perhatian orang
lain. Tetapi dengan ketampanan, kecantikan di
atas rata-rata atau di bawah rata-rata dan
ditunjang dengan kemampuan lebih dari
dirinya menjadi luar biasa dalam bidang
pemeranan. Contohnya; Resa Rahardian,
Dude Herlino, Olga Syahputra, Sule, Bopak,
Adul, Daus Mini, Ucok Baba, Soimah,
Omaswati, Rina Nose, Christine Hakim, Deddy
Miswar, dst.
Dengan demikian, seorang pemeran bersifat
langsung di atas panggung maupun tidak langsung
melalui media televisi atau film dituntut untuk
membawakan perannya dengan ekspresif, totalitas
tubuh sesuai dengan watak tokoh yang
diembannya. Pemeran yang baik harus mampu
menjadi mediator pesan moral (cerita) dan estetis
(keindahan pemeranan) melalui ekspresi totalitas
tubuhnya, dengan segenap cipta, rasa, dan
karsanya.
Untuk menuju atau minimalnya kamu mengetahui
dan mengalami pembelajaran seni peran, perlu
diingat bahwa para pakar teater atau teaterawan
berpendapat bahwa seorang aktor, aktris, pemeran
adalah seperti halnya tanah lempung atau tanah
liat. Seorang aktor harus siap dan mampu dibentuk
dan dibuat jadi apa saja. Artinya, bahwa aktor atau
seorang pemeran itu sebagai bahan baku yang
mampu menjadi media utama dalam seni peran
atau pemeranan dari cerita yang diekspresikan
secara estetis melalui simbol atau lambang audio
(suara, kata-kata), visual (tubuh atau ragawi) dan
gerak (gerak-gerik dan perlakuan di atas pentas).
Pemeranan atau seni peran dalam seni teater
melalui penyajiannya dapat dibedakan dalam dua
jenis, yakni pemeranan di atas panggung
pertunjukan bersifat langsung, sesaat dengan
gaya dan unsur pemeranannya dapat dilakukan
dengan teknik stilasi (penyederhanaan) dan
distorsi (penglebihan). Pemeranan sinematografi
atau film bersifat wajar, tidak langsung, diulang
melalui media rekam dan proses editing.
Dalam perkembangannya pemeranan terutama dalam dunia sineas,
sinematografi lebih dikenal dengan seni “acting“. Kata acting sendiri dalam
bahasa Indonesia ditulis akting, dari turunan kata kerja “to act“ artinya berbuat,
bertindak seolah-olah atau menjadi sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa; orang
(dengan identitas ketokohannya), atau benda dan mahluk hidup lain
bersumber dari kehidupan nyata kemudian diangkat ke atas pentas dalam
wujud seni peran atau akting dengan karakter atau watak tokoh yang
diperankan. Oleh karena itu pemeranan disebut juga dengan seni peran atau
seni akting yakni seni dalam membawakan peran orang lain di luar dirinya
dengan perwatakan bersifat; tepat takaran, logis (wajar), etis dan estetis.
Seorang pemeran harus mampu membawakan pemeranannya secara prima
dan mempesona di atas pentas. Sebagai rasa tanggungjawab yang dipikulnya,
maka seorang pemeran atau aktor, aktris untuk senatiasa selalu mengasah
kemampuan dirinya melalui pengolahan unsur penting pemeranannya,
yakni: tubuh, suara, rasa atau penghayatan yang melingkupinya.
Dengan demikian kepekaan dan mengolah kesadaran unsur pemeranan
yang melingkupinya mampu menampilkan penokohan sesuai watak tokoh
dengan takaran pemeranan yang mempesona dalam suatu pementasan.
Artinya, dalam pemeranan akan dialami dan ditemukan persoalan takaran
atau ukuran dalam menciptakan irama permainan apakah lebih mengarah
pada “over acting“ atau akting yang berlebihan atau bersifat “under acting”
atau akting dibawah ukuran atau takaran yang seharusnya, sehingga irama
permainan menjadi monoton, tidak berkembang, menjemukan, membosankan
lawan main dan penonton.
Dalam seni peran atau pemeranan terjadi kebebasan tafsir, orsinil, bersifat
laku jujur atas peran atau penokohan yang diemban pemerannya. Tokoh atau
peran yang sama dari satu naskah dengan pengarang yang sama, diperankan
oleh seseorang akan terjadi kesan pemeranan atau akting yang berbeda.
Contohnya, Film Nagabonar yang diperankan oleh Dedy Miswar akan
berbeda kesan (ruh, greget) pemeranannya dengan tokoh Nagabonar yang
diperankan Tora Sudiro. Karena jam terbang dan pengalaman dalam dunia
seni peran yang berbeda dan itulah membuktikan bahwa dalam dunia seni
peran bersifat kejujuran tanpa manipulasi. Penghargaan baik tidaknya atau
memikat tidaknya pemeranan yang dibawakan oleh seseorang hanya dapat
diberikan oleh penontonnya, bukan atas penilaian diri sendiri pemeran atau
aktor.
Jenis dan bentuk teater yang tumbuh dan berkembang di tengah
masyarakat pedesaan dan perkotaan di Indonesia, pengungkapannya dapat
dibedakan menjadi teater tradisional (teater rakyat dan teater klasik) dan non
tradisional (teater modern dan sinematografi/film). Berdasarkan jenis dan
bentuk teater tersebut sangat mempengaruhi ciri atau identitas pembentuk
seninya, termasuk di dalam hal pemeranan.
Dalam perkembangannya setelah masuknya teori atau keilmuan barat, yakni
pengaruh dunia pendidikan seni teater di Indonesia. Maka dunia seni
peranpun dapat dibedakan dengan berbagai gaya atau aliran yang
berkembang: teater realis, non realis (surealis dan absurd). Seni akting dari
bersifat idiom-idiom tradisi berkembang pada seni teater non tradisional
(teater barat, teater eksperimen, teater ekstrim dst. sebagai pengaruh dari
budaya postmodernisme. Sehingga lahirlah beberapa istilah bentuk
pertunjukan, seperti; teater tubuh, teater gerak, teater jeprut, happing art, dan
teater jalanan.
Namun demikian, kamu harus memahami bahwa belajar pemeranan atau
seni peran atau seni akting sebagai unsur atau elemen pentingnya adalah
hadirnya pemeran, aktor, aktris yang memiliki karakter/ watak dengan unsur
penunjangnya. Unsur yang dimaksud adalah tubuh, suara, rasa, pikir dan
artistik penunjangnya, hingga mencapai kesadaran dan kepekaan yang kuat
melalui latihan dengan beberapa penguasaan teknik seni peran agar
memunculkan sosok pemeranan yang menganggumkan, mempesona,
mengigit, memiliki greget, mengandung ruh dan peran menjadi hidup
(menarik hati penonton). Dan inilah sejatinya yang harus dilakukan oleh
seorang pemeran atau aktor.
B. Unsur Pemeranan
Modal dasar seorang pemeran tidak sebatas
penguasaan tubuh, ekspresi mimik, penghayatan,
suara dan kemampuan pikir yang harus dimiliki,
tetapi dalam pembelajaran seni peran perlu
ditunjang dengan pengetahuan dan pemahaman
terhadap unsur -unsur lain sebagai penunjang
pemeranan didalamnya, yaitu cerita atau naskah,
rias, busana, asesori (kostum), peralatan, irama
permainan atau kepekaan musikalitas dan
kepekaan ruang (tempat bermain peran).
Pentingnya unsur-unsur pemeranan dimaksud
adalah untuk memberikan kesempurnaan dan
totalitas ekspresi watak tokoh dan pesan moral
yang diungkapkan seorang pemeran dalam
suatu hubungan. Hubungan pemeranan yang
dimaksud bahwa seorang pemeran tidak diam
saja, duduk tertidur, berdiri kaku, melangkah
seenaknya dan berbuat sekehendak hati tanpa
dorongan dan motivasi yang jelas dalam
menciptakan irama permainan secara bersama
dan bekerjasama dengan kehadiran tokoh dan atau unsur artistik lainnya.
Perlu kamu ingat kembali, inti dari seni teater adanya tokoh, pemeran, pelaku
dengan media utamanya manusia. Inti dari cerita yang disampaikan tokoh
adalah konflik atau pertentangan yang dijalankan oleh susunan cerita dalam
hubungan sebab akibat (plot cerita) dengan mengusung tema cerita, yaitu
pertentangan; tokoh utama dengan tokoh yang lainnya (heroic), tokoh utama
dengan dirinya sendiri (psikologi), pertentangan dengan lingkungannya
(social) dan pertentangan dengan keyakinannnya (religi). Tema-tema cerita
tersebut menjadi unsur penting dalam penulisan naskah lakon atau drama
atau seni teater. Terutama pada bentuk pertunjukan teater non tradisional.
1. Lakon
Kata lakon sama halnya dengan istilah
‘ngalalakon-boga lalakon’ (dalam, Bahasa
Sunda), atau ‘ngelelakon’ (dalam, Bahasa
Jawa) artinya melakukan, melakoni cerita
yang dilakukan oleh seorang tokoh, biasanya
tokoh atau pemeran utama dengan kata-kata
(verbal) atau tanpa berkata-kata (non verbal)
dalam suatu peran yang dibawakan.
Kedudukan lakon, cerita atau naskah
merupakan unsur penting dalam seni teater
sebagai nyawa, nafas atau ruh dalam
menjalin hubungan cerita (struktur cerita)
melalui tokoh atau peran yang dibawakan
seorang pemeran. Lakon, cerita atau naskah
adalah hasil karya pemeran, seniman dan
atau sastrawan yang diwujudkan atau
diangkat ke atas pentas seni teater, baik
pertunjukan langsung maupun tidak langsung
(seni rekam), yakni; Sinematografi, TV Play,
Sandiwara Radio dan Film. Karena tidak
semua kreator teater (drama) mampu menulis naskah atau lakon atau
skenografi sendiri, oleh karena itu, naskah atau lakon yang ditulis orang lain
(pengarang) di mata seniman teater merupakan bahan baku atau sumber
ide, gagasan dan pesan moral yang mengilhami untuk berkreativitas melalui
karya teater.
Penulisan naskah atau lakon teater, baik pertunjukan teater panggung,
sinetron, film dan radio memiliki kekhasan tersendiri. Pemilihan tema dan
panjang pendeknya cerita sangat tergantung pada babak, serial, episodic
naskah dari ketertarikan setiap orang termasuk kamu (bersifat personal)
dalam memahami: isi cerita, struktur cerita dan unsur-unsur cerita untuk
dijadikan subjek karya teater. Dasar pemilihan naskah atau cerita yang akan
diangkat ke atas pentas pertunjukan teater harus bersikap hati-hati sesuai
dengan tingkat perkembangan kejiwaan kamu. Naskah yang ada yang kamu
baca secara tematik belum tentu sesuai dengan tingkat perkembangan kamu
dan penonton yang kamu akan undang. Oleh karena itu harus bersikap
selektif dan perlu kamu pertimbangkan baik buruknya, mudah sukarnya
dalam pewujudannya.
Sumber-sumber cerita atau naskah atau lakon
dapat kamu peroleh melalui: cerita-cerita fiksi,
cerita sejarah, cerita–cerita daerah Nusantara
atau cerita Jawa Barat lebih khususnya. dll.
Sumber cerita Teater remaja dengan sarat
nilai pendidikan terdapat pada dongeng
binatang, fable (Si Kancil, Sang Harimau, dll.),
kisah 1001 malam (Lampu Aladin, Ratu Balqis,
Sang Penyamun, dll.), legenda (Sangkuriang,
Sangmanarah, Lutungkasarung dll.), sejarah
(Pangeran Borosngora, Pangeran Gesan
Ulun, Pangeran Kornel, Wali Songo, dst.).
2. Unsur Penokohan dan Perwatakan
Penokohan atau kedudukan Tokoh yang
disajikan oleh seorang dan atau beberapa
pemeran merupakan unsur penting dalam
pemeranan bersumber dari lakon, cerita,
naskah yang ditulis atau tidak ditulis oleh
seorang pengarang.
Penokohan didalam seni teater dapat dibagi
dalam beberapa kedudukan tokoh atau peran,
antara lain: Protagonis, Antagoni, Deutragonis,
Foil, Tetragoni, Confident, Raisonneur dan
Utility.
a) Protagonis adalah tokoh utama, pelaku
utama atau pemeran utama (boga lalakon)
disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan
tokoh utama adalah memainkan cerita
hingga cerita memiliki peristiwa dramatis
(konflik pertentangan)
b) Antagonis adalah lawan tokoh utama,
penghambat pelaku utama disebut
sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh
antagonis adalah yang mengahalangi,
menghambat itikad atau maksud tokoh
utama dalam menjalankan tugasnya atau
mencapai tujuannya. Tokoh Antagonis dan Protagonis biasanya memiliki
kekuatan yang sama, artinya sebanding menurut kacamata kelogisan
cerita di dalam membangun keutuhan cerita.
c) Deutragonis adalah tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya
tokoh ini membantu tokoh utama dalam menjalankan itikadnya.
Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan
nasihat kepada tokoh utama.
d) Foil adalah tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya
tokoh ini membantu tokoh Antagonis dalam menghambat itikad
tokoh utama. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau
memberikan nasihat memperburuk kondisi kepada tokoh Antagonis.
e) Tetragonis adalah tokoh yang tidak memihak kepada kepada salah satu
tokoh lain, lebih bersifat netral. Tokoh ini memberi masukan-masukan
positif kedua belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik.
f) Confident adalah tokoh yang menjadi tempat pengutaraan tokoh utama.
Pendapat-pendapat tokoh utama tersebut pada umumnya tidak boleh
diketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh tersebut dan penonton.
g) Raisonneur, adalah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang
kepada penonton.
h) Utilitty adalah tokoh pembantu baik dari kelompok hitam atau putih.
Tokoh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro (punakawan).
Kedudukan tokoh Utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur,
penggembira atau hanya sebatas pelengkap saja, Artinya, kehadiran
tokoh ini tidak terlalu penting. Ada atau tidaknya tokoh ini, tidak akan
mempengaruhi keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan,
lakon akan menjadi panjang atau menambah kejelasan adegan peristiwa
yang dibangun.
Perwatakan atau watak tokoh atau karakteristik yang dimiliki tokoh atau
pemeran di dalam lakon, dihadirkan pengarang adalah ciri-ciri, tanda-tanda,
identitas secara khusus bersifat pencitraan sebagai simbol yang dihadirkan
tokoh, berupa; status sosial, fisik, psikis, intelektual dan religi.
Status sosial sebagai ciri dari perwatakan adalah menerangkan kedudukan
atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup
lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata,
penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, mantri, kepala
desa, camat, bupati, gubernur, direktur atau presiden.
Status sosial sebagai ciri dari perwatakan adalah menerangkan kedudukan
atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup
lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, pelajar,
mahasiswa, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, ulama,
Ustad, Ustadzah, mantri, kepala desa, camat, bupati, gubernur, direktur atau
presiden.
Fisik sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus tentang jenis
kelamin (laki perempuan atau waria), kelengkapan pancaindra atau keadaan
kondisi tubuh (cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lembek,
rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau sehat.
Psikis sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus mengenai
hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depresi,
traumatic, penyimpangan seksual, mudah lupa, pemarah, pemurah,
penyantun, pedit, pelit, dan dermawan.
Intektual sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus mengenai
hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam mengambil
sebuah keputusan atau menjalankan tanggungjawab. Misalnya, kecerdasan
(pandai-bodoh, cepat tanggap-masa bodoh, tegas-kaku, lambat-cepat
berpikir), kharismatik (gambaran sikap sesuai dengan kedudukan jabatan),
tanggungjawab (berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan dalam
koridor yang benar). Unsur pemeranan berikutnya adalah tubuh pemeran
sebagai media ungkap wujud fisik dengan kelenturan dan ekspresi tubuhnya.
3. Unsur Tubuh
Tubuh dengan seperangkat anggota badan dan ekspresi wajah merupakan
unsur penting yang perlu dilakukan pengolahan atau pelatihan agar tubuh
kamu memiliki; stamina yang kuat, kelenturan tubuh dan daya refleks atau
kepekaan tubuh. Untuk memperoleh tujuan dimaksud secara maksimal,
bahwa seorang pemeran harus rajin dan disiplin melakukan olah tubuh
sebagai materi penting yang akan dibahas melalui teknik pemeranan.
Disamping memiliki kemampuan tubuh yang memadai bagi seorang pemeran,
jangan lupa kamu harus sadar akan potensi kamu dalam hal memfungsikan
unsur suara atau vokal.
4. Unsur Suara
Suara atau bunyi yang dikeluarkan indra mulut dan hidung melalui rongga
dan pita suara adalah salah satu unsur pemeranan yang berfungsi untuk
penyampaian pesan pemeranan melalui bahasa verbal atau pengucapan
kata-kata. Unsur suara sebagai sarana dalam pemeranan seni teater agar
berfungsi dengan baik, dan memiliki manfaat ganda dalam menunjang seni
peran perlu dilakukan pengolahan berupa pelatihan terhadap unsur-unsur
anggota tubuh yang terkait dengan pernapasan dan pengucapan melalui
teknik pemeranan.
5. Unsur Penghayatan
Penghayatan adalah penjiwaan, mengisi suasana perasaan hati, kedalaman
sukma yang digali dan dilakukan seorang pemeran ketika membawakan
pemeranannya di atas pentas. Unsur penghayatan dalam seni peran perlu
mendapat perhatian khusus, karena setiap pemeran dalam membawakan
pemeranannya akan terasa berbeda. Sekalipun bersumber penokohan yang
sama dari naskah yang sama. Hal ini, sangat tergantung pada sejauhmana
upaya pengalaman pemeranan dalam mengasah kepekaan sukmanya
sehingga memunculkan kesadaran rasa simpati dan empati diri sendiri
terhadap orang lain dan kepekaan menanggapi peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan. Latihan untuk memperoleh kepekaan rasa atau sukma atau
pengaturan emosi bagi seorang pemeran dapat dilakukan melalui teknik olah
rasa yang akan dibahas pada sub bab pemeranan selanjutnya.
6. Unsur Ruang
Ruang dalam pemeranan merupakan unsur yang menunjukan tentang; ruang
yang diciptakan pemeran dalam bentuk mengolah posisi tubuh dengan jarak
rentangan tangan dengan anggota badannya; lebar (gerak besar), sedang
(gerak wajar), kecil (gerak menciut). Contohnya, gerak besar, biasanya
pemeran memperoleh suasana; angkuh, sombong, menguasai, agung,
kebahagiaan, perpedaan status, dan atau marah dst. Adapun, ruang wajar
dan bersahaja biasanya dilakukan seorang pemeran pada suasana; akrab,
bersahaja, status sama, damai, tenang dan nyaman. Ruang pemeranan yang
dibangun seorang pemeran dengan gerak atau respon kecil, biasanya
dilakukan dalam suasana: tertekan, sedih, takut, mengabdi, dan budak.
Memahami pengertian ruang secara umum adalah tempat, area, wilayah
untuk bermain peran dalam melakukan gerak diam (pose) atau gerak
berpindah (movement). Hal ini dapat dilakukan dengan pengolahan terhadap
irama gerak langkah (cepat, lambat dan sedang), garis dan arah langkah
(horizontal, vertikal, diagonal, zigzag, melingkar dan berputar atau melingkar
dalam suatu adegan peran.
7. Unsur Kostum
Pengertian kostum dalam seni peran adalah semua perlengkapan yang
dikenakan, menempel, melekat, mendandani untuk memperindah tubuh
pemeran pada wujud lahiriah dalam aksi pemeranan di atas pentas. Kostum
meliputi unsur ; rias, busana, dan asesori sebagai penguat, memperjelas
watak tokoh, baik secara fisikal, psikis, moral atau status sosial. Contohnya
dalam berpakaian, seperti; Polisi, Tentara, Hansip, Satpam, Guru, Kepala
Desa, Pejabat, Rakyat, Pengemis, Wadam, dan Anak Sekolah.
8. Unsur Property
Pemahaman Property dalam pemeranan adalah semua peralatan yang
digunakan pemeran, baik yang dikenakan maupun yang tidak melekat
ditubuh, tetapi dapat diolah dengan menggunakan tangan (handprop) dan
berfungsi untuk penguat watak atau karakter seorang pemeran, seperti : tas,
topi, cangklong, tongkat, pentungan, kipas, panah dan busur, dan golok.
9. Unsur Musikal
Unsur musikal atau unsur pengisi, penguat, pembangun suasana laku
pemeranan di atas pentas, meliputi; irama suasana hati atau sukma dalam
membangun irama permainan dengan lawan main, irama vocal, suara
pengucapan (Opera, Gending Karesmen, dan Wayang Wong) sang pemain,
atau aktor, dan irama musik sebagai penguat karakter tokoh (Cepot, Bodor,
Semar, dan Raja.) berupa; gending, musik, suara atau bunyi dan efek audio,
baik melalui iringan musik langsung (live) maupun musik rekaman
(playback),contohnya; Musik Kabaret, dan Musik Operet.
C. Teknik Dasar Pemeranan
Teknik adalah cara, metode dan strategi dalam melakukan atau menyelesaikan
sesuatu kegiatan dengan baik dan benar atau aman. Teknik pemeranan
dapat kamu pahami sebagai suatu cara, metode atau cara untuk
mengoptimalkan keterampilan potensi pikir, perasaan, vokal dan tubuhnya
dalam membawakan peran atau tokoh dengan totalitas dan penuh kesadaran,
sehingga diperoleh manfaat dalam meningkatkan akting atau seni peran dari
suatu tokoh atau peran yang diekspresikan.
Belajar pemeranan, seni peran, akting tidak
dapat lepas dari beberapa unsur atau unsur
atau elemen di dalamnya. Unsur-unsur
dalam pemeranan dapat kamu ketahui
melalui pembelajaran teori dan praktik
dengan materi berupa teknik pemeranan:
Olah Tubuh, Olah Suara, Olah Sukma dan
tentang Ruang dengan beberapa unsur
pendalam dengan bimbingan guru.
Pembelajaran teknik pemeraan dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan
yang dilakukan oleh Boleslavsky melalui
Enam Pelajaran Pertama Bagi Aktor
aplikasinya dilakukan melalui tahapantahapan
teknik pemeranan sebagai berikut:
Hal ini dilakukan agar kamu memiliki;
ketahanan tubuh, suara yang memadai dan
kepekaan rasa dalam mencapai tujuan
pembelajaran berpengalaman seni peran atau
akting.
1. Olah Tubuh
Olah tubuh merupakan pembelajaran praktik
melalui pengolahan atau pelatihan agar tubuh
kamu memiliki; stamina yang kuat, kelenturan
tubuh dan daya refleks tubuh. Dalam hal ini jelas, kamu harus memakai
pakaian latihan (olah raga).
a. Stamina / Kekuatan Tubuh
kekuatan tubuh adalah pelatihan terhadap tubuh agar kamu memiliki
ketahanan fisik dan pernapasan yang sehat.
Latihannya, kamu dengan bimbingan guru berlari beberapa keliling sesuai
dengan luas lapangan atau sesuai dengan luas ruangan (kalau di dalam
gedung). Latihan pernapasan, dengan menarik dan membuang udara
pernapasan melalui hidung dengan dada, diagfrahma dan perut kembung
kempis. Setelah kamu melakukan pengolahan daya tubuh dilanjutkan dengan
aktifitas peregangan bagian otot tubuh.
b. Streching/Peregangan
Peregangan adalah pengolahan atau latihan
pada bagian otot-otot tubuh agar lentur dan
memiliki daya gerak refleks.
Latihannya, kamu dengan bimbingan guru,
mulai dari; mata, mulut, muka, leher, bahu,
dada, pinggul, pantat, lengan, pergelangan
tangan, jari tangan, paha, kaki, dengkul kaki,
betis, engkel kaki, tumit, dengan cara
digerakan-gerakan atas-bawah, kanan-kiri,
putaran, ke luar-ke dalam atau dengan cara
penguncian dengan 2 X 8 hitungan. Setelah
melakukan peregangan latihan dilanjutkan
dengan menjaga keseimbangan tubuh.
c. Keseimbangan tubuh
Pelatihan keseimbangan tubuh membekali kamu agar dilatih kemampuan
otak dalam menguasai tubuhnya. Tumpuan keseimbangan ini penekanan
pada kekuatan kaki.
Latihannya, kamu bersama guru melakukan gerakan berdiri dengan dua kaki,
satu kaki, dengan posisi tangan bisa di pinggang atau lepas seperti terbang.
Cara latihannya dengan diam beberapa hitungan, berdiri atas bawah atau
dengan penguncian atau dengan staccato (patah-patah). Setelah melakukan
latihan keseimbangan tubuh dilanjutkan pada olah suara.
2. Olah Suara
Olah suara merupakan praktik pengolahan atau
pelatihan elemen-elemen yang berhubungan
dengan suara melalui teknik pernapasan dan
pengucapan agar kamu memiliki; artikulasi yang
jelas, intonasi suara, dinamika suara dan
kekuatan suara.
a. Artikulasi
Artikulasi dapat diartikan kejelasan dalam pengucapan kata-kata agar apa
yang dikatakan menjadi jelas dengan apa yang diterima pendengarnya.
Latihannya, kamu dengan bimbingan guru melakukan pengucapan kata-kata
bersuara atau tidak bersuara dengan tempo yang berbeda-beda untuk
membantu pengolahan suara melalui mulut dan bibir secara diulang dengan
pernapasan yang teratur. Berikutnya latihan kamu terfokus pada materi
intonasi.
b. Intonasi
Intonasi suara adalah irama suara dengan penekanan mengucapkan katakata
sehingga dihasilkan pengucapannya yang tidak monoton atau kesan
datar.
Latihannya, kamu dengan bimbingan guru dengan mengucapkan sebuah
kalimat atau dialog yang pendek dengan cara diulang dan melakukan tekanan
pada salah satu kata yang dianggap penting.
Contohnya :
Pagi ini hujan tidak turun. (penekanan pada kata pagi ini)
Pagi ini hujan tidak turun. (penekanan pada kata hujan)
Pagi ini hujan tidak turun. (penekanan pada kata tidak turun).
Setelah kamu berlatih intonasi dilanjutkan pada materi dinamika.
c. Dinamika
Dinamika suara adalah tempo pengucapan suara; cepat-lambat-sedang
(wajar) dari sebuah kalimat.
Latihannya, kamu dengan bimbingan guru dengan mengucapakan sebuah
kalimat atau dialog yang pendek dengan cara diulang dan melakukan
perubahan tempo pengucapan pada salah satu kata yang dianggap penting.
Contohnya:
Pagi ini hujan tidak turun. (ucapkan dengan cepat)
Pagi ini hujan tidak turun. (ucapkan dengan lambat)
Pagi ini hujan tidak turun. (ucapkan dengan sedang).
Latihan tempo pengucapan telah kamu lakukan, selanjutnya latihlah kekuatan
suara kamu.
d. Power / Kekuatan
Kekuatan suara adalah keras lemahnya suara yang dihasilkan dari
pengucapan suatu kata atau kalimat.
Latihannya, kamu dengan bimbingan guru dengan pengucapan sebuah
kalimat atau dialog yang pendek dengan cara diulang dan melakukan
pengucapan terdengar tidaknya apa yang kamu katakan, tetapi tidak
berteriak.
Contohnya:
Pagi ini hujan tidak turun. (ucapkan dengan suara keras)
Pagi ini hujan tidak turun. (ucapkan dengan suara lemah)
3. Olah Rasa / Sukma
Olah rasa adalah suatu proses latihan yang
menempatkan perasaan sebagai objek utama
dari pengolahan / latihan.
Latihan dilakukan untuk menggali “Potensi
Dalam” agar dapat diatur dan dikendalikan
sesuai dengan kebutuhan emosi peran.
Fungsi latihan Olah Rasa disisi lain akan mampu
membangun kejujuran rohani dan pembebasan
rohani dari hal-hal yang mengikat dan membatasi.
Selanjutnya pembebesan tersebut diharapkan
membantu sikap perasaan untuk melahirkan ide-ide/ilham dan kreativitas
pemeranan.
Adapun materi latihan yang kamu harus lakukan antara lain:
a. Teknik Konsentrasi
Konsentrasi merupakan “Gerbang“ yang sangat menentukan kelangsungan
mengatur dan mengendalikan fenomena psikologis seorang aktor dalam
menguasai peran. Pada bagian ini (konsentrasi) seorang aktor akan berupaya
meng-Alienansi (mengasingkan) dirinya dari kehidupan nyata yang dijalaninya
sehari-hari untuk selanjutnya dia akan menimbulkan segala cipta, rasa dan
karsanya pada satu pusat perhatian.
Pada dasarnya ajaran konsentrasi merupakan ajaran tentang penguasaan/
pengendalian diri atau pemusatan pikiran serta rohani kita terhadap apa yang
akan dan sedang kita lakukan dalam waktu yang kita perlukan.
Unsur -unsur penting fenomena psikologis dalam sentuhan konsentrasi
antara lain: Pembebesan dari pengendalian diri, kejujuran dan kepasrahan
hati, kepekaan rasa, kesiapan dan kekuatan mental, pemusatan pikiran dan
perhatian.
Latihan dapat kamu lakukan dengan cara:
• Latihan mengosongkan pikiran,
• Pemusatan pikiran pada suatu objek, misalnya; lilin yang menyala, bunga,
kursi, warna, bunyi, suara, kucing, dan harimau.
• Pemusatan pikiran pada peristiwa tertentu secara khayal.
b. Pengindraan
Kemampuan peralatan tubuh dalam merespon atau bereaksi terhadap
berbagai hal terutama yang berhubungan dengan sifat-sifat, yaitu :
• Mata, berfungsi untuk menangkap dan bereaksi terhadap objek-objek
penglihatan (visual).
• Hidung, berfungsi untuk menangkap dan bereaksi terhadap objek-objek
aroma (penciuman).
• Telinga, berfungsi untuk menangkap dan bereaksi terhadap objek-objek
suara / bunyi (pendengaran).
• Lidah, berfunsi untuk menangkap dan bereaksi terhadap rasa (Taste):
manis, asin, pahit, masam dst. (pengecapan).
• Tubuh, berfungsi untuk menangkap dan bereaksi terhadap sentuhan/
rabaan.
Seluruh kemampuan Panca Indra dalam hubungan olah rasa senantiasa
ditujukan untuk membangun kepekaan rasa yang nantinya hadir sebagai
rangsangan emosi dalam teknik pemeranan.
c. Kepekaan Sukma / Rasa
Tahapan pembelajaran/ latihan bagian ini merupakan tujuan utama dari
latihan Olah Rasa, dimana sejak diawali tahapan : Konsentrasi, Meditasi dan
Pengindraan maka diharapkan kamu memiliki suatu kepekaan Sukma / Rasa
atau penghayatan batin yang mampu menghadirkan keterampilan mengatur/
mengendalikan permainan emosi kapan saja bila diperlukan.
Rasa/sukma adalah kekuatan dalam dari pada aktor yang kemudian
ditampilkan kepada penonton melalui media-media : Mime / Mimik (Air Muka),
gesture (Gerak-gerik Tubuh), Emosi Suara (Dialog), Laku Dramatik dan
Karakter atau perwatakan.
Media-media di atas secara langsung atau tidak langsung mutlak dapat
dihadirkan karena ada dorongan perasaan yang melatarbelakanginya.
Dorongan perasaan tersebut diantaranya melalui latihan kepekaan emosi:
Rasa sedih, Rasa takut, Rasa marah, Rasa gembira, Rasa benci.
d. Imajinasi
Imajinasi adalah kemampuan dalam menciptakan daya khayal sebagai hasil
kepekaan ingatan emosi dari kehidupan sehari-hari, perumpamaan
(metaforik) terhadap binatang, tumbuhan, unsur alam atau hasil sebuah
perenungan mendalam yang mampu menghadirkan khayalan positif.
Latihan dapat kamu lakukan dengan bimbingan guru:
• Berimajinasi melakukan kegiatan keseharian, seperti : orang bertemu
(jabat tangan–memeluk), orang berpisah jauh (melambaikan tangan), dan
orang berpapasan (senyum – membungkuknya badan).
• Berimajinasi dengan berbuat seolah-olah menirukan gerakan atau jalan
manusia, binatang: orang lumpuh, orang pincang, orang tua, anak muda,
bayi, harimau, kucing, kanguru, bangau, dan kera.
• Berimajinasi dengan andai aku menjadi (metaforik): angin, air, suara,
benda tertentu, matahari, bulan, bintang, pohon, dan burung.
4. Ruang
Pengertian ruang dalam seni teater adalah
tempat bermain peran (acting) dengan
lingkup peralatan dan perlengkapan dekorasi
yang dihadirkan di atas pentas. Tempat
bermain peran dapat dilakukan di lapang, di
dalam kelas atau khusus diciptakan di atas
panggung pertunjukan. Ruangan ini oleh
pemeran harus diisi dan dihidupkan menjadi
satu kesatuan yang utuh, sehingga
mendukung peran yang dibawakan. Teknik
di dalam mengisi dan menghidupkan ruang
bagi seorang pemeran adalah kemampuan
merespons kepekaan; blocking, moving,
businees, dan leveling terhadap ruang dan
lawan main.
a. Blocking
Blocking berhubungan dengan latihan-latihan
untuk mendukung elemen artistik, dimana
para pemeran harus memiliki kepekaan
ruang. Artinya para calon aktor harus dilatih
bagaimana memosisikan dirinya pada wilayah
pentas, terutama apabila pentas di isi lebih
dari 1 (satu) orang pemeran.
Untuk pembagian wilayah pentas atau tempat yang perlu diketahui oleh
kamu, pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga wilayah, sembilan wilayah dan
atau 16 wilayah, dengan perhitungan semakin ke belakang panggung atau
pentas harus dilakukan dengan peninggian panggung atau dilakukan leveling.
Keterangan :
1. KaDP = Kanan Depan Pentas
2. DTP = Depan Tengah Pentas
3. KiDP = Kiri Depan Pentas
4. KiTP = Kiri Tengah Pentas
5. Centre = Pusat Pentas
6. KaTP = Kanan Tengah Pentas
7. KaBP = Kanan Belakang Pentas
8. BTP = Belakang Tengah Pentas
9. KiBP = Kiri Belakang Pentas
b. Movement
Movement artinya bergerak atau berpindah
tempat. Kata “Moving” dikenal juga dengan
movement yaitu pergerakan atau pindah
tempat yang dilakukan oleh pemain di atas
pentas. Pergerakan atau perpindahan
tempat bagi seorang pemeran/pemain
dapat dilakukan ke depan, ke samping, ke
belakang, mendekat atau menjauh asalkan
perpindahan yang dilakukan pemain tidak
menutup atau menghalangi pemain lain.
c. Businees
Businees atau bisnis adalah usaha yang
dilakukan pemeran dalam membunuh dari
rasa membosankan atau kejenuhan atau
kebingungan atau kekakuan dalam
berbuat sesuatu dalam mengisi luang atau
kekosongan waktu yang ada. Dengan
kata lain bahwa Businees adalah suatu
tindakan atau upaya menanggapi terhadap
peran yang dibawakan dengan bantuan
handprop atau peralatan tangan (benda
yang digunakan), seperti; mengambil pisang - dialog - dikupas - dialog -
dimakan - buang kulit pisang - dialog dan seterusnya. Contoh-contoh
Businees dalam bermain peran sangat tergantung pada peran yang
dibawakan dengan daya dukung handprop apa yang memungkinkan, seperti;
memainkan topi, memainkan tongkat, memainkan dasi, memainkan alat
musik, memakai dan membuka sepatu, baju, kaos kaki, dst.
d. Leveling
Istilah leveling atau dari asal kata yakni
tingkatan atau undak-undak. Maka dalam
konteks seni peran (Teater) pengaturan
tinggi rendah pemain dalam ruang pentas.
Pengaturan tinggi rendah pemain baik
personal maupun grouping selalu dilakukan
bahwa pemain yang berada di belakang
pemain lain hendaknya memiliki kesadaran
harus lebih tinggi dan pemain yang berada
di depannya memberikan level lebih rendah
agar keduanya tampak menguntungkan
terlihat oleh penonton.
Sesungguhnya bagi pertunjukan apapun termasuk seni teater, audience
(penonton) akan mendapat kesan mendalam apabila menonton sebuah
pertunjukan yang baik, manakala pertunjukan tersebut dimainkan oleh para
pemain yang berkarakter. Pelaksanaan latihan teknik laku dramatik atau
karakter pada bagian akhir digunakan naskah atau skenario, dan tema lakon
atau tema cerita yang dibawakan sebagai sumber acuan.
D. Kreativitas Pemeranan
Kreativitas pemeranan adalah suatu metode atau cara untuk mengoptimalkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam pembelajaran
pemeran terhadap penguasaan dan pengolahan; tubuh, suara, sukma dan
pikir yang dimiliki siswa dengan totalitas, penuh kesadaran, dan tanggungjawab
atas peran yang diembannya. Sehingga diperoleh manfaat ganda, berupa:
kebugaran, kecerdasan dan terjadi peningkatan kualitas dalam seni peran
dari suatu watak tokoh yang diperankan.
Pembelajaran seni teater melalui kreativitas pemeraan dapat kamu lakukan
dengan menggunakan keberanian trial and error dan bebas terbimbing
melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Analisis Peran
Analisis artinya mengurai, memecahkan atau membedah sesuatu hal
berdasarkan kaidah ilmiah dengan memfungsinya daya pikir kamu. Analisis
peran dalam seni teater adalah kemampuan kamu untuk mengurai dan
menghubungkan tokoh yang ada didalam naskah yang kamu baca, yang
akan teman kamu perankan dengan tokoh yang kamu akan bawakan dalam
bentuk seni peran. Kegiatan analisis peran atau penokohan dari sumber
naskah yang kamu baca dituangkan dalam bentuk draf atau format analisis
peran. Adapun draft atau format analisis tokoh atau peran, dapat kamu simak
dan lakukan analisi tokoh sesuai dengan formal tabel berikut ini.
Keuntungan seorang pemeran dengan membuat analisis tokoh adalah untuk
memudahkan koordinasi kerja dalam melakukan latihan pemeranan secara
bersama dan bekerjasama dalam hal membangun kesamaan visi dan misi
pemeranan yang akan ditampilkan oleh pemeran tokoh lain dalam kelompok
kamu. Adapun tujuan akhirnya dengan melakukan analisis peran adalah
terciptanya; keutuhan, keterpaduan dan keharmonisan pemeranan sesuai
dengan watak tokoh dari naskah yang kamu dan kelompok kamu akan
tampilkan. Langkah selanjutnya dalam kreativitas pemeranan adalah
melakukan latihan bersifat individu dan kelompok, hingga melakukan
presentasi pemeranan lisan dan tulisan secara kelompok.
1. Sebelum berlatih pemeranan dibiasakan melakukan olah tubuh atau
minimal pemanasan, peregangan dan melatih kepekaan terhadap:
tubuh, wajah, mulut, vocal, dan sukma yang kamu akan gunakan dalam
mengeklorasi watak tokoh dalam pemeranan.
2. Bacalah naskah dibawah ini sampai akhir atau tuntas secara sendiri
atau kelompok (langkah reading) !
3. Lakukan pemilihan dan penentuan peran atau tokoh (casting) yang
sesuai dengan keinginanmu atau berdasarkan pembagian kelompok
yang dibentuk!
4. Lakukan analisis tokoh dan perwatakannya sesuai dengan peran yang
akan kamu bawakan berdasarkan petunjuk naskah (pengarang) atau
tanda-tanda yang diungkapkan dari kata-kata melalui dialog tokoh
didalam naskah!
5. Lakukan observasi tokoh dan perwatakan sesuai dengan peran yang
akan kamu dan teman kamu bawakan berdasarkan pengamatan kamu
terhadap orang-orang di lingkungan sekitar dengan keunikan, kekhasan
dan memiliki daya pesona atau greget.
6. Hapalkan dialog (percakapan antar tokoh) dan ekplorasi (menggali)
gerak tubuh, suara, dan penghayatan peran berdasarkan tokoh yang
kamu akan bawakan berdasarkan naskah!
7. Setelah hapal naskah dan mengetahui tanda akhir dialog lawan main
pemeranan (kyu), lakukan olah atau eksplorasi ruang berupa: blocking,
moving, business, leveling, waktu dan suasana dalam membangun
irama permainan kelompok.
8. Setelah lepas naskah, ekplorasi melalui teknik pemeranan dan eksplorasi
terhadap unsur penunjang pemeranan (rias, busana dan properti).
Selanjutnya kegiatan kamu adalah menyeleksi, dan menyusun ekspreasi
pemeranan sesuai watak tokoh yang dibawakan dalam latihan kelompok!
9. Menyongsong minggu terakhir penampilan, kamu dan kelompok kamu
harus melakukan kegiatan membentuk: gladi kotor dan gladi bersih di
tempat, di kelas, atau di panggung yang akan kamu gunakan untuk
menampilkan kreativitas pemeranan dalam seni teater secara kelompok.
10. Akhirnya kelompok kamu mempresentasikan atau konsep dan memaknai
pembelajaran pemeranan sebagai hasil analisis watak tokoh dalam
bentuk tulisan dan bermain seni peran dengan watak tokoh yang kamu
bawakan secara individu dan kelompok sebagai hasil dalam berkreativitas
seni peran.
Pada prinsipnya bahwa kreativitas dalam pemeranan adalah berupa prosedur
atau tahapan dalam proses implementasi pemeranan sesuai watak tokoh
dengan naskah yang kamu baca! Untuk memperoleh hasil pemeranan yang
maksimal kamu harus melakukan tahapan sebagai berikut:
JAJAN SEMBARANGAN
Karya : Agus Supriyatna
Pagi hari di sebuah ruangan serambi rumah. Tampak seperangkat kursi,
meja, pas bunga, taplak, pot bunga serta lukisan dan jam dinding yang
melekat di tembok.
Bu joko : (Tengah asyik menyapu dan membereskan serambi rumah
sambil bernyanyi)
Ibu i : (Berjalan bersama sambiil menenteng keranjang belanja) aduh
saya bingung, bu...
(Geleng kepala ) masak apa hari ini !
Ibu ii : Saya juga tidak tahu, habis si andi makannya rewel terus....
Ibu i : e…bu joko... (Membungkukan badan)
Kreativitas Pemeranan dalam seni teater melalui langkah-langkah
pembelajaran dapat disarikan sebagai berikut:
1. Memilih dan menentukan naskah,
2. Membaca naskah (Reading),
3. Pembagian peran/tokoh (Casting),
4. Menganalisis peran/tokoh,
5. Menghapal naskah,
6. Mengamati watak tokoh dari orang-orang disekitarmu,
7. Mengeksplorasi pemeranan dengan dialog dan teknik pemeranan
melalui latihan individu dan kelompok,
8. Menyeleksi watak tokoh pemeranan,
9. Menyusun watak tokoh pemeranan,
10. Menggabungkan watak tokoh dengan aspek pemeranan dalam
latihan kelompok,
11. Membentuk pemeranan (gladi kotor dan gladi bersih) sebagai hasil
latihan kelompok ,
12. Menampilkan pemeranan kelompok dengan lisan (praktik
pemeranan) dan tulisan konsep pemeranan), dan
13. Memaknai Pembelajaran Pemeranan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar